Toko Demak jual karbol sereh,sabun sereh pompia,sabun sereh,sabun pompia,sabun sereh, alpha meta,alpha spin,fytomaxx,angels secret,angelmoon,winion,pembalut sehat anion, sabun sereh murah semarang,produsen sabun sereh,sabun herbal,manfaat sabun sereh untuk wajah,sabun sereh, Kapsul Sambiloto,Pegagan,Binahong,Kelor,Daun Sirsak,Temulawak,Jati Belanda,Kulit Manggis,Kumis Kucing,Insulin,Mengkudu,Kunyit Putih,Jati Cina,Meniran,Daun Katuk, Kapsul Herbal, Obat Herbal Murah di Semarang

Mendahulukan Kepentingan Islam daripada Cinta kepada Anak

kapsul sambiloto,kapsul kunyit putih,kapsul kelor,obat kanker,herbal kanker,obat covid,herbal covid,obat corona

Jika hati kedua orang tua mencerminkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada anak, maka seharusnya perasaan-perasaan ini tidak menghalangi mereka di dalam berjihad di jalan Allah dan menyampaikan dakwah Allah di muka bumi. Sebab, kepentingan Islam berada di atas segala-galanya. Mendirikan masyarakat Islami adalah puncak tujuan setiap mukmin di dalam hidupnya, dan memberikan petunjuk kepada umat manusia yang sesat merupakan upaya setiap muslim yang paling maksimal untuk direalisasikan.

Demikian halnya dengan para sahabat Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam dan orang-orang yang mengikuti mereka secara baik di dalam paham ini. Mereka tidak pernah mengenal suatu pergerakan, selain daripada jihad di jalan Allah. Dan mereka tidak pernah mengenal suatu tujuan, selain daripada tujuan Islam.
Tidak aneh jika kita mendengar di dalam sejarah bahwa mereka telah pergi (meninggalkan apa saja yang dicintai) secara bergelombang di dalam menyampaikan risalah Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Dan tidak aneh jika pada jalan itu mereka harus berkorban dengan harga mahal serta berharap untuk gugur di jalan Allah.

Perhatikan pernyataan Ubadah bin Ash Shamit radiyallahu ‘anhu kepada Muqauqis, seorang raja Mesir, ketika ia menakut-nakutinya dengan kekuatan pasukan Romawi yang dahsyat dan memperdaya dengan harta dan dinar:

“Janganlah menipu diri Anda sendiri dan sahabat-sahabat Anda. Anda menakut-nakuti kami dengan kekuatan Romawi yang berjumlah banyak. Dan Anda mengatakan bahwa kami tidak akan mampu mengalahkan mereka. Demi usiaku, sungguh bukan itu yang membuat kami takut, bukan pula kematian, jika memang yang kamu katakan itu benar akan terjadi. Dalam hal ini, kami berada dalam salah satu dari dua kebaikan; apabila kami dapat mengalahkan kamu, maka kami akan mendapatkan keuntungan di dunia atau apabila kamu dapat mengalahkan kami, maka kami akan mendapatkan keuntungan di akhirat. Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)

Tak ada seorang pun di antara kami, kecuali ia berdoa kepada Tuhannya pagi dan sore, agar ia dapat gugur di jalan Allah, agar Dia tidak mengembalikannya ke kampung halaman, negeri, keluarga, dan anaknya. Tidak ada seorang pun di antara kami yang mempunyai keinginan untuk kembali kepada keluarga dan anaknya. Sebab, setiap orang di antara kami telah menitipkan keluarga dan anaknya kepada Tuhannya. Kami hanya mempunyai keinginan untuk berjihad di jalan Allah dan meninggikan kalimat-Nya. Adapun bila Anda mengatakan bahwa kehidupan dan keadaan kami ini sempit, maka sesungguhnya kami lebih lapang. Dan sekiranya dunia ini milik kami seluruhnya, maka kami pun tidak akan mengambilnya untuk diri kami lebih banyak daripada yang kami perlukan.”

Sikap yang ditampilkan oleh Ubadah radiyallahu ‘anhu merupakan salah satu di antara ribuan sikap yang dimiliki kakek-kakek kita yang mulia pada berbagai lintasan sejarah yang sangat panjang. Adanya pengorbanan yang besar dan pengutamaan cinta jihad dan dakwah atas cinta kepada anak, keluarga, tempat dan kerabat tidak lain hanya karena mereka didorong oleh firman Allah Subhanahu Wata’ala:
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah: 24)

Di antara pernyataan mulia yang dikumandangkan oleh Imam Hasan Al Banna adalah, bahwa ia biasa melakukan inspeksi kepada para pemuda yang berdakwah menuju rida Allah di setiap lapangan pada setiap hari raya. Pada suatu saat, ketika ia akan keluar rumah, anaknya, Saiful Islam, menderita sakit keras dan hampir mendekati kematiannya. Maka istrinya bilang, “Jika kau tinggal bersama kami dan duduk di dekat anakmu yang sakit, tentu kami akan merasa tenang.” Ia menjawab sambil menenteng tasnya, “Jika Allah menganugerahi kesembuhan kepada anakku, maka bagi Allahlah segala puji dan karunia itu. Dan jika Allah menakdirkan untuk mati, maka sesungguhnya kakeknya lebih mengetahui jalan menuju kubur.” Kemudian ia keluar sambil membacakan firman Allah:
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara kamu… hingga akhir hayat ini…” (QS. At Taubah: 24)

Allahu Akbar… Demikianlah, hendaknya kalimat itu diucapkan oleh orang-orang yang benar-benar ingin menegakkan kalimat Allah. Allahu Akbar… Demikianlah, hendaknya diucapkan oleh para dai yang menyerukan Allah. Jika para salaf dan dai kita memiliki sikap-sikap seperti ini, sudah tentu akan tercapai keagungan, kemuliaan dan keabadian di sepanjang masa.

Wahai bapak yang beriman, seharusnya cinta pada Islam, jihad dan dakwah kepada Allah itu menguasai hati dan seluruh anggota badan. Seharusnya, semuanya itu diutamakan di atas cinta kepada keluarga, anak dan kerabat, sehingga engkau dapat bertolak untuk menyampaikan dakwah dan mengibarkan panji jihad. Semoga engkau termasuk orang-orang yang membangun kemegahan Islam, negara Al Quran dan kejayaan umat dengan kemauan dan tekad yang kuat. Semua itu tidak sulit bagi Allah untuk melakukannya.
Dengarkanlah sabda Rasulullah Sholallahu ‘alaihi Wassalam tentang orang-orang yang ingin menyempurnakan, merasakan manisnya iman di dalam lubuk hati, dan mengenyam kelezatan iman jauh dalam rongga dada mereka.

Al Bukhari meriwayatkan dari Anas radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alaihi Wassalam bersabda:
“Tiga hal yang apabila berada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman; apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, apabila mencintai seseorang hanya karena Allah dan tidak suka kembali pada kekufuran sebagaimana ia tidak suka untuk dilemparkan ke dalam api neraka.”
Al Bukhari meriwayatkan hadis:
“Bahwa Umar Ibnul Khaththab berkata kepada Nabi Sholallahu ‘alaihi wassalam, ‘Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, lebih aku sukai daripada segala sesuatu.’ Maka Nabi Sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ‘Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, sebelum ia mencintai aku lebih daripada mencintai dirinya sendiri.’ Umar berkata, ‘Demi yang telah menurunkan Al Kitab kepadamu, sesungguhnya engkau lebih aku cintai daripada diriku yang berada pada kedua sisiku.’ Maka Nabi Sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Sekarang wahai Umar! Sekarang telah sempurna imanmu’.” 

Di dalam Ash Shahih Al Bukhari meriwayatkan, bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alaihi Wassalam bersabda:
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, sebelum keinginannya (kecintaannya) mengikuti apa yang aku bawa (Islam).”
Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam:
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, sebelum aku lebih ia cintai daripada harta, anaknya dan manusia seluruhnya.”