Toko Demak jual karbol sereh,sabun sereh pompia,sabun sereh,sabun pompia,sabun sereh, alpha meta,alpha spin,fytomaxx,angels secret,angelmoon,winion,pembalut sehat anion, sabun sereh murah semarang,produsen sabun sereh,sabun herbal,manfaat sabun sereh untuk wajah,sabun sereh, Kapsul Sambiloto,Pegagan,Binahong,Kelor,Daun Sirsak,Temulawak,Jati Belanda,Kulit Manggis,Kumis Kucing,Insulin,Mengkudu,Kunyit Putih,Jati Cina,Meniran,Daun Katuk, Kapsul Herbal, Obat Herbal Murah di Semarang

Pengantar ‘Pendidikan Anak dalam Islam’

kapsul sambiloto,kapsul kunyit putih,kapsul kelor,obat kanker,herbal kanker,obat covid,herbal covid,obat corona
 
Saya kenal betul Al Ustadz Syaikh Abdullah Ulwan dari beberapa risalahnya yang pertama, Ila Warasatil Anbiya’i (Kepada Pewaris Para Nabi), kemudian dari risalah dan buku-bukunya yang lama seperti At Takafulul Ijtima’i fil Islam (Jaminan Sosial dalam Islam), Hatta Ya’lamasy Syabab (Agar Para Pemuda Mengetahui), Shalahuddin Al Ayyubi, sebagaimana saya mengenalnya dari beberapa pembicaraannya dan berkecimpungnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Saya telah mengenalnya dari semua itu dan dari apa yang saya dengar tentang dia. Sekiranya saya diminta untuk menilai dirinya, maka akan saya katakan, bahwa dia adalah seorang beriman yang pandai dan hidup dalam sorot kedua mata, sayap, hati, dan darahnya, sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam:
“…dan barangsiapa berumur panjang sampai keesokan harinya tanpa memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka.”

Karenanya, ketika Anda menjumpainya akan berbicara kepada para ulama untuk melaksanakan kewajiban menyampaikan Islam dengan hikmah dan ajaran yang baik, maka ia menulis untuk mereka risalah yang berjudul Ila Warasatil Anbiya-i. Dan ketika berbicara kepada orang-orang awam, ia akan mengingatkan mereka perihal audio visual, ia akan menerangkan kepada mereka tentang bahaya dan berbagai pengaruh negatifnya yang tertuang di dalam risalahnya, Hukmul Islam fit Tillviziyyun (Hukum Islam tentang Televisi) yang ia kembangkan menjadi sebuah buku yang berjudul Syubuhat wa Rudud (Keragu-raguan dan berbagai sanggahan).

Ketika ia berbicara kepada para pemuda, maka ia menulis sebuah buku yang berjudul Hatta Ya’lamasy Syabab (Agar Para Pemuda Mengetahui).

Ketika ia berbicara kepada para pejabat urusan sosial masyarakat, maka ia menulis sebuah buku berjudul, At Takafulul Ijtima’i fil Islam (Jaminan Sosial dalam Islam).

Ketika ia merangsang rasa kerinduan kita kepada masa lalu, maka ia mengingatkan kita akan kebesaran masa lalu itu, dan menulis Shalahuddin Al Ayyubi.

Ketika ia berbicara kepada kaum muslimin dengan konteks ilmu pengetahuan dan fikih, maka ia menulis untuk mereka buku yang berjudul Ahkamuz Zakati (Hukum-Hukum Zakat) dan lainnya.

Ketika ia menunjukkan media untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya-bahaya kapitalisme, maka ia menulis untuk mereka sebuah buku yang berjudul Ahkamut Ta’min (Hukum-Hukum Asuransi) dan menyebutkan bahaya-bahayanya serta menjelaskan peran penggantinya yang benar dalam jaminan sosial yang Islami.

Dan saat ini, kita berjumpa dengannya dalam sebuah karya tentang Pendidikan Anak dalam Islam yang dipersembahkan kepada mereka. Semoga Allah Subhanahu Ta’ala memberikan balasan yang baik, dan memberinya berkat dalam usia dan karyanya.

Dalam menyelesaikan bukunya yang terakhir ini ia menjadikannya empat bagian, dengan isi bahasan mencapai 1376 halaman dalam format sedang. Hal ini menunjukkan bahwa ia benar-benar mempunyai integritas cukup besar terhadap masalah pendidikan generasi mendatang, di samping sangat mumpuni dalam ilmu pengetahuan.

Saya belum pernah menjumpai ada seseorang yang menulis tentang pendidikan anak ditinjau dari sudut pandangan Islam secara panjang lebar, luas dan jujur seperti yang telah dilakukan oleh Al Ustadz Syaikh Abdullah Ulwan ini.

Saya belum pernah melihat seorang penulis yang memperbanyak bukti-bukti Islami yang terdapat dalam Al Quran, As Sunnah dan peninggalan para salaf (intelektual pendahulu) yang saleh untuk menetapkan hukum. Wasiat dan adab, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beliau.

Saya belum pernah melihat seorang penulis yang mandiri di dalam pembahasan-pembahasan pendidikan yang penting ini dengan referensi pada tulisan-tulisan kaum muslimin secara murni, tanpa mengambil referensi kepada pendapat-pendapat mereka kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa untuk maksud tertentu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Al Ustadz Syaikh Abdullah Ulwan. Yang demikian itu, karena ia menulis untuk kepentingan kaum muslimin dan untuk mengarahkan mereka, sehingga ia membatasi metodenya kepada Islam, dan lagi pula karena ia memiliki budaya dan kultur yang berlandaskan Islam serta berbagai pengalaman kaum muslimin terdahulu dan dewasa ini, maka membuatnya tidak memerlukan pendapat orang lain (non muslim).

Saya belum pernah menjumpai seorang penulis yang betul-betul gigih dan teguh dalam menulis topik “pendidikan anak” sebagaimana yang ditulis oleh Prof. Abdullah Nasih Ulwan ini.

Sebenarnya saya ingin menulis beberapa tema dari bagian buku yang bermutu ini, sekaligus sedikit mengulas beberapa poin yang penting, tidak banyak-banyak karena hanya sebagai contoh dan pemberitahuan mengenai keberadaan buku ini. Akan tetapi sengaja saya tidak melakukannya agar tidak terlalu memperbanyak tulisan dalam kata pengantar ini, dan juga agar pembaca dengan sendirinya sampai kepada apa yang ingin saya ulas.

Walaupun begitu, saya tetap mensitir perkataan Prof. Abdullah Nasih Ulwan yang terdapat pada bagian penutup di bawah judul “Saran-Saran Paedagogis.”

Beliau berpendapat bahwa saran-saran tersebut terfokus pada hal-hal berikut: Merangsang anak untuk mendapatkan pencaharian yang paling mulia; Memelihara kesiapan instingtif anak; Memberikan ruang lingkup bagi anak untuk bermain; Menciptakan hubungan antar rumah, masjid, dan sekolah; Mempererat hubungan antara pendidik dengan anak; Mempergunakan metode pendidikan pada siang dan malam; Menyediakan sarana-sarana edukatif bagi anak; Merangsang anak untuk terus-menerus melakukan penelaahan; Memberikan rasa tanggung jawab secara terus-menerus terhadap Islam; Memperdalam roh jihad dalam jiwa anak.

Ia perlu menghabiskan 177 halaman untuk menjelaskan saran-saran ini. Maka, apakah Anda menemukan bahwa penyusun buku ini telah meninggalkan suatu celah kepada seseorang untuk menambah uraian tentang kewajiban mendidik dan memelihara anak-anak?

Sudah sepatutnya bagi kaum bapak dan ibu, juga bagi para pendidik dan orang-orang yang bertugas dalam dunia pendidikan, dan alangkah layaknya bagi mereka semua untuk membaca buku Tarbiyatul Aulad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam) ini, dan sejalan dengan isi buku ini dalam mendidik orang-orang yang akan memberikan warna kepada mereka. Maka, sebagaimana sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam:
“Cukuplah dosa seseorang bila menyia-nyiakan dan menghilangkan jasa orang yang memberikan makan kepadanya.” (HR. Muslim)

Kehilangan yang bagaimanakah yang lebih besar dan berbahaya dibanding melupakan hati dan menyelewengkannya dari keutamaan atau membiarkannya hilang begitu saja lantaran sikap meremehkan?
Kehilangan yang bagaimanakah yang lebih besar daripada keluar dari Islam dan menyimpang dari hukum-hukumnya?

Kehilangan apakah yang lebih fatal dibandingkan kehilangan hati, akal, dan akhlak anak-anak? Jasad-jasad mereka tak ubahnya seperti benda yang tak berguna. Seakan mereka tidak hidup untuk sesuatu tujuan yang mulia?

Semoga Allah melestarikan Anda dan orang-orang yang seperti Anda, wahai Syaikh Abdullah. Sehingga lahirlah generasi ideal yang hidup sebagaimana kehidupan pertama yang idealis di muka bumi ini, dan semoga Allah memberkatinya sebagaimana telah memberkati generasi pertama, yakni generasi Rasulullah dan para sahabatnya yang baik dan pilihan –semoga Allah meridai mereka. Dengan demikian, Allah menjadikan khalifah di muka bumi, menetapkan baginya agama yang diridai-Nya, menggantikan rasa cemas dengan rasa aman, menegakkan panji-Nya di setiap bukit dan lembah, serta menjadikan agama seluruhnya bagi Allah.
Tidaklah sulit bagi Allah untuk melakukan semua itu:
“Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Ar Ruum:4-5)
Wahby Sulaiman Al Ghawajji Al Albani