Toko Demak jual karbol sereh,sabun sereh pompia,sabun sereh,sabun pompia,sabun sereh, alpha meta,alpha spin,fytomaxx,angels secret,angelmoon,winion,pembalut sehat anion, sabun sereh murah semarang,produsen sabun sereh,sabun herbal,manfaat sabun sereh untuk wajah,sabun sereh, Kapsul Sambiloto,Pegagan,Binahong,Kelor,Daun Sirsak,Temulawak,Jati Belanda,Kulit Manggis,Kumis Kucing,Insulin,Mengkudu,Kunyit Putih,Jati Cina,Meniran,Daun Katuk, Kapsul Herbal, Obat Herbal Murah di Semarang

Membenci Anak-anak Perempuan sebagai Perbuatan Jahiliyah

kapsul sambiloto,kapsul kunyit putih,kapsul kelor,obat kanker,herbal kanker,obat covid,herbal covid,obat corona

Islam mengumandangkan persamaan hak antara pria dan wanita. Islam tidak membedakan perlakuan kasih sayang dan keadilan bagi keduanya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa…” (QS. Al Maidah : 8)
Juga sesuai dengan perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang bersabda di dalam hadis riwayat Ashabus Sunan, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dari Nu’man bin Basyir radiyallahu ‘anhu:
“Berbuat adillah di antara anak-anakmu, berbuat adillah di antara anak-anakmu, berbuat adillah di antara anak-anakmu.”


Sebagai realisasi dari perintah Al Quran dan Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam ini maka para orang tua di sepanjang masa, menerapkan dasar keadilan dan persamaan di dalam kecintaan, perlakuan dan kasih sayang kepada anak-anak, tanpa membeda-bedakan antara pria dan wanita.
Apabila di dalam masyarakat muslim terdapat orang tua yang memandang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki, maka hal ini tentu disebabkan oleh lingkungan rusak yang diserap dari kebiasaan jahiliyah dan tradisi sosial tercela, yang masih ada hubungannya dengan masa jahiliyah, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An Nahl: 58-59)

Di samping itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh lemahnya iman dan rapuhnya keyakinan. Yang demikian itu dikarenakan mereka tidak merasa rela menerima bagian yang diberikan Allah kepadanya, yakni kelahiran wanita. Apakah mereka tidak memperhatikan firman Allah Subhanahu Wata’ala perihal kehendak-Nya tentang anak wanita dan laki-laki yang berbunyi:
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa saja yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy Syuara: 49-50)

Dikisahkan, bahwa seorang menteri Arab yang bernama Abu Hamzah mengawini seorang wanita. Menteri itu mengharapkan istrinya melahirkan seorang anak untuknya. Tetapi, ternyata istrinya melahirkan seorang anak perempuan. Kemudian menteri itu meninggalkan rumah istrinya dan pindah ke rumah lain. Setelah setahun si istri itu menyembunyikan anak perempuannya itu, tiba-tiba menteri itu melihat istrinya sedang mengajak bermain anaknya dengan beberapa bait syair. Ia berkata di dalam syairnya:
Mengapa Abu Hamzah tidak datang kepada kita
Berdiam di sebuah rumah yang bukan rumah kita
Ia sangat marah karena kita tidak melahirkan anak pria
Demi Allah, hal itu di luar kekuasaan kita
Kita hanya mengambil apa yang telah diberikan kepada kita
Menteri tersebut kemudian memasuki rumahnya lagi setelah istrinya memberikan pelajaran kepadanya tentang keimanan, keridaan dan keyakinan. Kemudian mencium kening istrinya dan putrinya. Dia rela atas pemberian Allah yang telah ditentukan baginya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam telah mencabut akar-akar (budaya) jahiliyah yang mengecualikan anak-anak wanita dari anak lelaki dari jiwa yang lemah. Beliau memerintahkan kepada para orang tua dan pendidik untuk menemani, memelihara dan bertanggung jawab atas urusan-urusan mereka secara baik, agar mereka termasuk ahli surga.

Berikut penulis sajikan ajaran-ajaran Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tentang kewajiban memelihara dan memperhatikan anak-anak wanita.

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Siapa saja yang memelihara dua orang anak wanita hingga mereka berdua balig, maka pada hari kiamat dia dan aku bagaikan dua ini –beliau menggenggam jari-jemarinya.”
Di dalam Musnad-nya, Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir Al Jahni. Ia berkata, Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Siapa yang mempunyai tiga orang anak wanita, kemudian ia bersabar terhadap mereka, memberikan minum dan pakaian kepada mereka (dari hartanya), maka mereka itu akan menjadi pelindung dari api neraka.”
Al Humaidi meriwayatkan dari Abu Said, bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Siapa yang mempunyai tiga anak wanita atau tiga saudara wanita atau dua anak wanita atau tiga saudara wanita, kemudian ia memperlakukan mereka secara baik dan bersabar terhadap mereka serta bertakwa kepada Allah pada mereka, maka ia akan masuk surga.”

Bagi para pendidik, hendaklah memegang petunjuk-petunjuk Nabi dan ajaran-ajaran Islam ini di dalam memelihara anak-anak wanita, mewujudkan keadilan dan persamaan mereka dengan anak-anak lelaki. Dengan demikian, mereka mendapatkan bagian surga yang luasnya adalah sama dengan langit dan bumi, di samping mendapatkan keridaan Allah Subhanahu Wata’ala.