
BEKASI (voa-islam.com) -
Ustadz Nanang Ainur Rofiq sebagai pembicara kedua dalam acara bedah
buku “Salafi Pengkhanat Salafus Shalih” tulisan Syaikh Abu Muhammad Al
Maqdisi mengungkap bagaimana sikap kelompok murjiah yang tak pernah mau
berdiskusi namun bisanya hanya menjelek-jelekan lewat medianya.
“Maka
sebagaimana pengalaman kami, mereka memang tidak pernah mau diajak untuk
berdiskusi, duduk bersama tetapi di belakang kita mereka menghujat
kita, lewat radionya, lewat majalahnya, internetnya. Kemudian menghujat
dan menjelek-jelekan orang-orang yang mengkritisi mereka tetapi tidak
pernah mau diajak bersama-sama untuk thalabul ilmi,” ungkapnya di
hadapan jamaah yang hadir di Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi, pada hari
Ahad (29/7/2012).
Berkaitan
dengan substansi buku karya Syaikh Al Maqdisi yang mengkritisi
pemahaman Ali Hasan Al Halabi, ia menyampaikan bahwa sosok Ali Hasan Al
Halabi dikenal sebagai ulama yang panjang lidah atau gemar mencaci-maki.
“Ali
Hasan Al Halabi ini dikenal oleh para ulama mujahid. Jangan oleh
orang-orang yang kini masih bermanhaj salafi, oleh ulama mujahid sendiri
Ali Hasan Al Halabi ini dikenal sebagai thuulul lisan, orang
yang lisannya sangat panjang, suka mencaci maki, suka menghardik ulama
mujahid dengan cacian-cacian yang sangat menyakitkan, maka kita dengar
diantara mereka sendiri juga suka saling mencaci maki, itu bagian dari
karakter mereka. Di kalangan mereka sudah tidak diterima, Ali Hasan Al
Halabi ini terlebih di kalangan mujahid,” papar Qaid Sariyah Tarbiyah
Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) wilayah Jakarta ini.
Ia menambahkan bahwa buku tersebut semakin mempertegas sikap ketidakjujuran sebagai karakter kelompok murjiah tersebut.
“Buku
yang kita bahas hari ini sebenarnya semakin mempertegas dan semakin
memperjelas jati diri mereka, yang mereka ini tidak jujur di dalam
mengutip dalil-dalil, seolah dikemas dengan nuansa ilmiah. Maka
dibutuhkan kecermatan kita dalam meneliti perkataan-perkataan dan
fatwa-fatwa mereka. Alhamdulillah masih ada ulama-ulama yang dipelihara
oleh Allah untuk membersihkan umat ini dari
penipuan-penipuan,”sambungnya.
Bahkan
lebih dahsyat lagi, menurut ustadz Ainur Rofiq, kelompok murjiah yang
berkedok salafi ini secara sadar atau tidak telah mempertuhankan orang
alimnya dengan membabi buta.
“Mereka
sadar atau tidak mempertuhankan orang alimnya membabi buta tanpa
kemudian mau membuka hatinya, tanpa mau membuka daya kritisnya,
memperhatikan setiap keterangan-keterangan yang dilontarkan oleh orang
alimnya itu sendiri,” tandasnya.
Ia memberi contoh bagaimana mereka berdiam diri ketika Saudi memberikan pangkalan militer kepada tentara kafir Amerika.
“Kita
tahu bagaimana ulama-ulama di timur tengah mereka yang menjadi ulama
resmi penguasa di sana. Mereka berdiam diri ketika jelas-jelas penguasa
Saudi memberikan pangkalan militer kepada tentara kafir Amerika, sebagai
balas budi ketika Irak melakukan invasi ke Kuwait dan Saudi ketakutan
bahwa nanti Irak juga akan menginvasi Saudi. Maka mereka memilih meminta
bantuan kepada negara kafir Amerika,” tambahnya.
Ia juga mengimbau agar kaum muslimin selalu dekat dengan ulama ahluts tsughur
(ulama yang juga mujahid). “Maka di sinilah kita perlu berhati-hati di
mana para ulama mujahid mengingatkan kita, hendaklah kaum muslimin untuk
selalu dekat kepada ulama Ahluts Tsughur,” ujarnya
Sebab
menurutnya bahwa orang-orang yang berada di medan jihad itu lebih teruji
keimanannya. “Karena kita tahu, orang-orang yang berada di medan jihad
itu lebih terasah dan teruji keimanannya sebagaimana pengakuan Asy
Syahid Abdullah Azzam,” imbuhnya.
Ia
menilai bahwa dengan sikap mereka yang anti dengan jihad menjadi
penyebab dari perseteruan yang ditimbulkan, hal ini lanitaran mereka
begitu mementingkan duniawi dan jauh dari jihad.
“Maka
tidak aneh gara-gara anti dengan jihad, alergi dengan jihad, justru
sibuk berseteru di antara mereka karena urusan duniawi. Sibuk berbagi
lahan, berbagi jatah, berbagi kavling urusan duniawinya karena jauhnya
mereka dengan urusan jihad ini sendiri. Berebeda dengan ulama mujahidin
yang justru dunia itu mereka tinggalkan demi membela agama Allah yang
mulia ini. Maka kita lihat bagaimana mereka bersikap, bagaimana mereka
berkata, lebih terpelihara lisannya daripada orang-orang yang kerjanya
mencaci sesama saudaranya.
Maka
jika orang-orang seperti ini mau turun ke medan jihad, baru mereka
paham, urusan umat ini jauh lebih besar daripada mencaci maki saudaranya
sendiri,” jelasnya. [Ahmed Widad]